Rabu, 02 September 2009

Proses Reproduksi yang baik dan terkendali

Dalam proses reproduksi atau pembuatan anak perlu diperhatikan waktu yang dibenarkan dan yang dilarang oleh ajaran agama Hindu atau yang pas untukmewujudkan keinginan punya anak laki atau perempuan. Posisi tubuh atau gaya bermain kedangkalan penting diperhatikan terutama untuk pasangan yang mengalami kesulitan punya anak. Namun sejauh itu Weda belum mengatur.

Memahami waktu yang dilarang dan dibenarkan sangat diperlkan bila ingin mendapatkan anak suputra sadhu gunawan,karena lontar Pameda smara menyatakan sbb: Yan asanggama ring istri wenang pilihan rahinane sane kinucapayu, riwekasan yan adue anak lanang istri pahalanya dirgayusa tur saidep warah yukti,tan angambekaken dursile, tan langgana, tuhu ring karya, bhakti ring guru. Mangkana kapanggih de sang aniti brata yukti.

Artinya: bila meggauli istri pada hari yang baik, maka bilananti punya anak akan diperoleh anak yang panjang umur, penurut, tidak nakal, tekun bekerja, hormat pada guru atau orang tua. Itulah yang didapat oleh orang yang mampu mengendalikan diri dalam menggauli istrinya. Dibandingkan dengan Kitab suci Sarasamuccaya dan Pamedasamara, Veda Smrti tidak banyak menetapkan hari – hari terlarang. Misalnya Dalam Weda Smrti III. 45-47 hanya menetapkan larangan menggauli istri pada saat menstruasi yang lamanya lebih kurang empat hari dan purwani yaitu sehari sebelum purnama atau sehari sebelum tilem.Khusus untuk kaum brahmana, agar tetapterjagakesuciannya dilarang menggauli istri pada bulan purnama (poornima) dan pada hari pertama, kedelapan dan keempat belas setelah bulan mati ( tilem/amavasya). Demikian dalam Weda Smrti IV. 128.

Buku Suci Sarasamuccaya Sloka 225 menetapkan hari terlarang untuk kaum brahmana lebih banyak yaitu pada bulan purnama ,tilem, hari kedelapan dan keempat belas setelah tilem maupun setelah pernama.

Rontal Pamedasmara menetapkan hari terlarang lebih banyak lagi dan berlaku untuk umum kepada siapa saja yaitu; purnama, tilem, purwani, hari wetonan, kala ngruda, kala mrtyu, minggu wage, selasa paing, selasa wage, rabu kliwon, kemis pahing dan sabtu kliwon.

Begitu juga cara mendapatkan anak itu laki dan atau perempuan Veda menandaskan beberapa hal seperti dalam Veda Smrti III.48 membrikan petunjuk: Bila ingin mendapatkan anak laki campurlah pada hari genap,bila ingin anak perempuan campurlah pada hari ganjil ( yugmasu putra jayante, striyo yugmasu ratrisu, tasmad yugmasu putrathi samwice dartawe striyam). Catatan: Tanggal satu ganjil dihitung saat mulai menstruasi.

Dalam kedokteran modern, seleksi jenis kelamin melalui teknik rekayasa genetic adalah cara yang paling tepat dan akurat, namun cara ini relatif mahal. Berikut ini disampaikan tip cara murah yang bisa membantu mendapatkan anak laki atau perempuan.

a. Bila ingin mendapatkan anak laki-laki

™ Bilaslah kemaluan sesaat sebelum berhubungan intim dengan larutan alkalis yang dibuat dari 2 sendok teh baking soda yang dicampurkan kedalam segayung aqua

™ Lakukan hubungan intim pada saat atau menjelang ovulasi.

™ Usahakan supaya istri lebih dulu orgasme bila mungkin orgasme beberapa kali, sebelum pihak laki ejakulasi.

™ Arahkan sperma sedekat mungkin dengan dengan mulut rahim

™ Perbanyak makan makanan yang mengandung kalium, natrium misalnya daging, jeruk,pisang,air kelapa, kentang, garam .

3. Bila ingin anak perempuan

™ Bilaslah kemaluan sesaat sebelum berhubungan intim dengan larutan bersifat asam yang dibuat dari 1 sendok cuka putih dicampurkan kedalam segayung aqua hangat.

™ Lakukan hubungan intim pada kira-kira 4 pertama setelah ovulasi.

™ Usahakan supaya istri menunda orgasme ketika pihak laki sudah ejakulasi.

™ Semprotkan airmani dekat pintu vagina jauh dari mulut rahim.

™ Pasangan suami istri harus banyak makan makanan yang mengandung kalsium, magnesium misalnya: susu, yogurt, kacang-kacangan, dan sayur, serta mengurangi makan garam.

E. Perawatan dan pendidikan anak yang benar.

Perawatan anak dalam Hindu berarti perawatan badan anak seutuhnya yang meliputi trisarira dan triguna. Trisarira terdiri dari anggasarira atau Stula sarira yaitu badan kasar, sukma sarira yaitu badan halus yang memberi kesadaran kepada manusia, terdiri dari cita, budhi dan ahamkara. Sedangkan anantakarana sarira adalah atman. Triguna adalah sattwam, rajas, tamas. Satwam adalah watak yang menyebabkan perilaku sabar,hormat,penuh cinta kasih,rela berkorban, penolong, pemaaf. Rajas adalah watak yang menyebabkan perilaku serba cepat,energetic dan mudah marah. Tamas adalah watak yang menyebabkan perilaku yang serba lambat, malas ..

Antara badan dan jiwa terdapat kaitan yang sangat erat.Pepatah Yunani kuno mengatakan mensana in corpore sano. Artinya jiwa sehat terdapat dalam badan yang sehat. Bila dikaji dari filsafat Samkya kaitan erat ini bila dimengerti karena jiwa dan badan keduanya berasal dari Purusa dan Prakerti yang membentuk 25 unsur yang sama- sama menjadi unsure pembentuk jiwa maupun badan. Menurut filsafat Samkya pula, dalam Prakerti- yang merupakan unsure kosmik pembentukan manusia-terdapat triguna yang merupakan unsure perwatakan yang memberi warna tingkah laku manusia.

Berdasarkan pemahaman unsure-unsur yang membentuk manusia seutuhnya maka bila berbicara mengenai perawatan anak tidak cukup hanya perawatan kesehatan fisik dan mental/jiwa tetapi juga perawatan atman untuk mewujudkan atma hita. Perawatan kesehatan fisik meliputi pemberian makanan bersih, suci,bukan sisa orang, bergisi dan seimbang, cukup olahraga, dan lingkungan yang aman, nyaman dan memungkinkan tumbuh dan berkembang secara optimal. Atmahita karana meliputi kegiatan :

a. Garbhadhana, yaitu upacara ketika mulai diketahui sudah ada konsepsi pembuahan yaitu bertemu dan bersatunya kama bang dan kama petak atau telur (ovum) yang merupakan bibit dari pihak perempuan dan bibit dari pihak laki (sperma ).

b. Punsavana, upacara 3 bulan kandungan

c. Simantonnayana, upacara 6 bulan kandungan , di Bali disebut magedong-gedongan.

d. Upacara Jatakarma ketika lahir. Untuk anak laki dilakukan sebelum talipusar dipotong (Weda Smrti II,29)

e. Namakarana atau namadheya: Menurut Weda Smrti II.30 upacara pemberian nama dilakukan pada usia 10-12 hari atau pada hari lain yang dianggap baik. Nama harus disesuaikan dengan wangsa.Untuk wanita namanya harus mengandung arti penghormatan, sederhana dan tidak menakutkan. Semuanya ini diatur dalam Veda Smrti II.31-33.

f. Niskramana: upacara pada usia empat bulan dimana bayi sudah boleh dibawa kelur rumah atau menyentuh (Weda Smrti II.34)

g. Annprasana: upacara 6-7 bulan dimana bayi pertama kali diajarkan makan (Weda Smrti II. 3-4).

h. Cundakarma : upacara potong rambut pertama, dilakukan untuk memperoleh kebajikan spiritual. Dilakukan pada usia 1-3 tahun (3 tahun bagi orang-orang dwijati, Smrti II.35)

i. Upanayana : upacara mengawali belajar secara formal. Menurut Weda Smrti II. 36,upacara ini dilakukan pada tahun kedelapan setelah pembuahan bagi kaumbrahmana, tahun kesebelas bagi kaum Ksatriya, tahun kedua belas bagi Waisya.

j. Samawartana ; upacara setelah menyelesaikan pendidikan.

k. Wiwaha: upacara perkawinan .

Di India selain upacara tersebut diatas masih ada lagi upacara tambahan yaitu upacara tindik kuping (Karnawedha) pada usia 3 tahun dan upacara Weda ramba : upacara mulai belajar weda pada usia 5 tahun bagi kaum brahmana. Di Bali ada upacara mepandes atau upacara potong gigi.

Semua upacara tersebut di atas dilakukan sebagai rangkaian pensucian untuk membersihkan kotoran yang melekat pada diri anak yang diperoleh dari orang tua ketika dalam kandungan sekaligus mohon bimbingan dan perlindungan dari Ida Sanghyang Widhi, serta sebagai media untuk mengumpulkan sanak keluarga untuk memberikan doa restu.

Dalam rangka perawatan fisik, perlu juga mengadopsi ilmu kedokteran modern yaitu dengan memberikan upaya pencegahan penyakit lewat program imunisasi

Misalnya;BCG untuk mencegah TBC, Hepatitis A maupun B untuk mencegah infeksi virus Hepatitis pada Hati, DPT untuk mencegah tetanus, batuk rejan dan infeksi menyumbat tenggorokan, Polio untuk mencegah lumpuh polio, Campak untuk mencegah radang paru basah dan radang otak, MMR untuk mencegah bengok, campak Jerman dan campak bias, HIB untuk mencegah radang selaput otak, Varicella untuk menegah cacar air, Typhim atau Typa untuk mencegah tipusl.

Selasa, 01 September 2009

Menentukan Pasangan Yang Baik

Menentukan Calon Pasangan yang baik

Untuk mendapatkan calon pasangan yang baik harus diamati bibit, bebet dan bobot calon pasangan.

Yang dimaksudkan pengamatan bibit meliputi asal-usul calon pasangan. Hendaknya diusahakan calon pasangan berasal dari keluaga baik-baik artinya bukan dari keluarga yang gemar mabuk-mabukan, penjudi, pemarah/emosional, pembohong, pencuri, gemar memerkosa, gemar memerkosa, gemar memfitnah, penggemar black magic dan lain-lainya yang merupakan perwujudan dari sifat-sifat sadripu dan sadatatayi. Bila memungkinkan supaya diusahakan mendapatkan calon yang bisa diajak membangun keluarga Sukhinah dari kelahiran Suwargacyuta yaitu orang-orang yang berbahagia turun lahir dari sorga dengan cirri-ciri : tidak sakit-sakitan ( Arogya), disayangi oleh sesamanya (Rati), berssifat ksatrya( Curatwa), berbhakti kepada Ida Sanghyang Widhi (Dewasubhaktih), murah rejeki (kanakalabha) dikasihi oleh orang besar (Rajapriyatwa), Pembrani (Cura), bijaksana dalam segala ilmu pengetahuan (Krtawidya), peramah (Pryamwada). Kesemuanya ini adlah cirri kelahiran sorga dan penjelmaan dari orang melakukan dharma yang suci dahulunya (I Gusti Agung Oka, 1994 :24-25)

Yang dimaksud dengan pengamatan tentang bebet atau penampilan. Hendaknya menghindari orang kelahiran Neraka cyuta dengan cirri-ciri sebagai berikut :Mandul (Anapatya), wandu (Akamarasa), mempunyai penyakit asma ( Pitti), bisu (kujiwa) berbicara tidak jelas (Clesma) dan orang berambut kemerah-merahan dan badannya cacat. Tetapi yang pantas dinikahi mempunyai nama yang pantas dan badannya tidak cacat, jalannya seperti seekor angsa, giginya kecil-kecil berbadan lembut ( I Gede Pudhja, M.A, 2002 :132-133)

Yang dimaksudkan dengan pengamatan tentang bobot , ini banyak diatur dalam Canakya Nitisastra maupun dalam Weda Smrti III.7 yang menyatakan: Keluarga yang tidak hirau pada upacara suci, tidak mengerti ajaran weda /agama hendaknya dihindari untuk dijadikan calon pasangan. Salah satu susatra Veda menegaskan bahwa :

Akara iringngita irgatya cesta bhasitena ca;

Natrawaktrawikarena jayate ca pariksitah

Maksudnya seseorang harus diuji dengan melihat tampilan luarnya berupa caranya berjalan, gerakgeriknya, perbuatannya, tutur katanya ( I Gusti Agung Oka, 1993 :169)

Dalam menejemen modern hendaknya mempertimbangan pengetahuan (knowledge), ketrampilan yang dimiliki (Skill) dan tata laku kesahariannya (Attitude)nya

Kelahiran Neraka cyuta yang dihindari dalam memilih pasangan, juga dilarang adalah masih hubungan sepupu dari keluarga Purusha, Arudaka namanya, saling ambil (Pasikuh-paha), suami istri pernah keponakan (Angemban Ari), kawin dengan tumin ngarep (Anglangkahi sanggar), mengawini janda beranak bila sudah punya anak laki-laki ,Ekajanma namanya (Suwidja,1992 :101).