Senin, 22 Juni 2009

Sekilas tentang JOGED

Joged adalah tari pergaulan (social dance) yang sangat populer di Bali. Tarian ini pada umumnya memiliki pola-pola gerak yang agak bebas, lincah, dan dinamis, yang diambil dari Legong maupun Tari Kekebyaran, dan dibawakan secara improvisasi. Tari ini biasanya dipentaskan sehabis panen, hari-hari raya, dan hari penting lainnya. Pada umumnya tari Joged ini merupakan tarian berpasangan, laki-perempuan, dengan mengundang partisipasi penonton.

Tari Joged mempunyai banyak macam, meliputi: Joged Bumbung, Joged Pingitan, Joged Gebyog, Joged Pudengan (Udengan), Gandrung, dll. Kecuali Joged Pingitan yang memakai lakon Calonarang, semua pertunjukan Joged selalu diisi bagian paibing-ibingan, yaitu tarian bermesraan. Bagian ini diawali dengan penari Joged yang memilih (nyawat) penonton laki yang diajak menari bersama di atas pentas. Sebagai sebuah kesenian rakyat, tari Joged diiringi dengan barungan ngamelan yang didominir oleh instrumen-instrumen bambu.

Joged Bumbung adalah tari Joged yang diiringi dengan gamelan tingklik bambu berlaras slendro yang disebut grantang. Tarian ini diperkirakan muncul pada tahun 1946 di Bali Utara. Kini Joged Bumbung dapat dijumpai hampir di semua desa di Bali dan kini merupakan jenis tari joged yang paling populer. (Wayan Dibia)

Sepintas tentang WAYANG WONG

Wayang Wong pada dasarnya adalah seni pertunjukan topeng dan pewayangan dengan pelaku-pelaku manusia atau orang (wong). Dalam membawakan tokoh yang dimainkan, semua penari berdialog, semua tokoh utama memakai bahasa Kawi sedangkan para punakawan memakai bahasa Bali. Pada beberapa bagian pertunjukan, para penari juga menyanyi dengan menampilkan bait-bait penting dari Kakawin.

Di Bali ada dua Jenis Wayang Wong, yaitu Wayang Wong Ramayana, dan Wayang Wong Parwa. Wayang Wong Ramayana (kemudian disebut Wayang Wong saja) adalah dramatari pewayangan yang hanya mengambil lakon dari wira carita Ramayana. Hampir semua penari mengenakan topeng. Diiringi dengan gamelan Batel Wayang yang berlaras Slendro.

Wayang Wong masih aktif di beberapa desa di Bali seperti: Mas, Telepud, dan Den Tiyis (Gianyar); Marga, Apuan, Tunjuk, Klating (Tabanan); Sulahan (Bangli); Wates Tengah (Karangasem); Bualu (Badung); Prancak, Batuagung (Jembrana).

Sementara itu, Wayang Wong Parwa yang biasa disebut Parwa yakni dramatari wayang wong yang mengambil lakon wira carita Mahabrata (Asta Dasa Parwa). Para penarinya umumnya tidak mengenakan topeng, kecuali para punakawan, seperti Malen, Merdah, Sanggut, Delem. Diiringi gamelan Batel Wayang yang berlaras Slendro. Parwa terdapat di desa-desa: Sukawati, Teges, Pujung (Gianyar) dan Blahkiuh (Badung).
Sumber:Ketut Syahruwardi Abbas